Cari Blog Ini

Minggu, 18 Januari 2015

Surprice My Birthday





Terimakasih teman-teman buat ucapan,dan do'anya. terimakasih juga supricenya yang luar biasa, sehingga membuat aku nangis, dan terharu. kalian memang teman-teman yang luar biasa. Silvi, Atika, Mila, Khairani, Putri, sarmauli, dan siti. kalian yang aku sayang selama aku masuk perguruan tinggi, dan memilih jurusan yang sama. kalian takkan aku lupa, semoga kita bisa sama-sama sukses yang berkarya dibidang masing".. love you all. Kalian teman terbaik aku.. Kalian Kado terindah aku saat ini.  :)
#In Memorian 10 September 2014

Ulang tahun Mila yang ke 19





Selamat Ulang tahun sahabat aku tersayang. love you..

Rabu, 14 Januari 2015

PENGHULU TIGA LORONG (PERANAP)

Sedikit berbagi cerita tentang Penghulu Tiga Lorong yang banyak disebut-sebut di Kecamatan Peranap. Pasti banyak yang tidak mengetahui atau ada yang bertanya-tanya, yuk mari kita simak.


Peranap adalah salah satu kecamatan di Indragiri Hulu, Riau, Indonesia. Kecamatan ini juga terkenal dengan sebutan Luhak Tiga Lorong. Disebut demikian, karena pada masa kerajaan Indragiri yang berkedudukan di Pekan Tua, Raja Indragiri yang ke-16, Raja Hasan bergelar Sultan Salehuddin Keramatsyah (1735-1765 M.), mengangkat tiga orang bersaudara menjadi Penghulu di tiga wilayah di Indragiri Hulu. Ketiga orang bersaudara tersebut diangkat menjadi Penghulu, karena mereka berhasil menumpas kesewenang-wenangan Datuk Dobalang yang berkuasa di negeri Sibuai Tinggi yang masih wilayah Kerajaan Indragiri. Untuk mengetahui kisah bagaimana Tiga Bersaudara tersebut mengalahkan Datuk Dobalang, ikuti kisahnya dalam Penghulu Tiga Lorong. 
Pada zaman dahulu, ketika ibukota Kerajaan Indragiri berada di Pekan Tua, tersebutlah tiga orang bersaudara bernama Tiala, Sabila Jati, dan Jo Mahkota. Ketiganya pandai, gagah perkasa dan menguasai ilmu bela diri. Mereka mahir menggunakan senjata, lincah mengelak serangan lawan, gesit menyerang, dan cerdik pula berkelit. Mereka hidup rukun dan saling membantu dalam segala hal di suatu tempat bernama Batu Jangko.
Pada suatu hari, mereka pergi untuk mencari tempat yang lebih baik, yang tanahnya subur, airnya jernih, ikannya jinak, dan udaranya segar. Dari satu tempat ke tempat lain, Tiga Bersaudara ini akhirnya tiba di Koto Siambul dan memutuskan untuk menetap di tempat tersebut.
Sementara itu, di istana, Raja Indragiri sangat resah, karena Datuk Dobalang yang berkuasa di Negeri Sibuai Tinggi bertindak semena-mena. Dia suka berjudi, menyabung ayam, bermabuk-mabukan, dan memperlakukan rakyatnya dengan kejam. Raja Indragiri sudah muak dengan tingkah laku Datuk Dobalang. Sang Raja kemudian memerintahkan Duli Yang Dipertuan Besar Indragiri untuk memanggil Tiga Bersaudara yang dikabarkan berada di Koto Siambul. Sang Raja sudah mengetahui tentang kehebatan Tiga Bersaudara tersebut.
Duli Yang Dipertuan Besar Indragiri segera melaksanakan perintah Raja. Dia memudiki sungai, hingga akhirnya tiba di Koto Siambul dan bertemu dengan Tiga Bersaudara yatiu Tiala, Sabila, Jati, dan Jo Mahkota. “Wahai anak muda, Baginda Raja meminta kalian menghadap ke istana di Pekan Tua,” sapa sang Duli kepada Tiga Bersaudara. Karena permintaan Raja, mereka tidak bisa menolak. Mereka pun berangkat ke istana menghadap sang Raja.
Sesampai di hadapan Raja, mereka pun memberi hormat, “Ampun, Baginda! Apa gerangan Baginda Raja memanggil kami,” tanya ketiga bersaudara serentak. Sang Raja menjawab, “Begini saudara-saudara, kami bermaksud meminta bantuan kalian untuk menaklukkan Datuk Dobalang yang telah bertindak semena-mena di Negeri Sibuai Tinggi.” Mendengar jawaban sang Raja, mereka pun menyanggupi permintaan sang Raja.
Sebagai bekal, masing-masing mengajukan perlengkapan yang diperlukan. Tiala meminta seekor ayam sabung betina dan dua buah keris bersarung emas buatan Majapahit. Sabila Jati meminta pedang Jawi yang hulunya bertatahkan intan dengan tulisan “Muhammad”. Jo Mahkota meminta lembing dengan sarung emas dan suasa.
Setelah Raja memenuhi semua perlengkapan yang diminta, berangkatlah ketiga bersaudara tersebut ke Sibuai Tinggi dengan sebuah perahu yang dikayuh oleh 12 orang. Setiba di Sibuai Tinggi, mereka langsung ditemui oleh Datuk Dobalang dan ditantang untuk bersabung ayam. Ketiga bersaudara pun bertanya kepada Datuk Dobalang, “Maaf, Datuk! Apa pantang larangnya? Datuk Dobalang menjawab, “Ada empat pantang larang yang harus dipatuhi dalam pertandingan, yaitu:
1.      Pertama, dilarang bersorak dan bertepuk tangan.
2.      Kedua, dilarang memekik dan menghentak tanah.
3.      Ketiga, dilarang menyingsingkan lengan baju.
4.      Keempat, dilarang memutar keris ke depan.
“Siapa yang melanggar peraturan tersebut dianggap kalah,” tegas Datuk Dobalang dengan pongahnya.
Kemudian ketiga bersaudara bertanya lagi, “Berapa taruhannya Datuk?” Datuk Dobalang menjawab, “Tanah Inuman di kiri Sungai Indragiri, yang lebar dan panjangnya sejauh mata memandang dari gelanggang Sibuai Tinggi.” Mendengar begitu luasnya tanah yang dipertaruhkan Datuk Dobalang, ketiga bersaudara diam sejenak. Mereka berpikir bagaimana cara mengimbangi besarnya taruhan yang ditetapkan oleh Datuk Dobalang. Karena kecerdikan mereka, dengan percaya diri mereka pun berujar serentak, “Kami memberikan taruhan tanah Koto Siambul di kiri Sungai Indragiri, lebar dan panjangnya sehabis mata memandang dari gelanggang Sibuai Tinggi,” Sesungguhnya mereka tidak mempertaruhkan apa-apa, sebab Koto Siambul tidak dapat dilihat dari Sibuai Tinggi. Namun, Datuk Dobalang menerima taruhan itu tanpa menyadari kebodohannya.
Setelah kedua belah pihak menetapkan taruhan, saatnya menentukan hari pelaksanaan pertandingan sabung ayam. “Hai anak muda, kapan kita laksanakan pertandingan itu,” tanya Datuk Dobalang. “Terserah tuanku,” jawab ketiga bersaudara serentak. “Kalau begitu, kita laksanakan tiga hari lagi, sebab kami harus mengumpulkan para penduduk di gelanggang,” ujar Datuk Dobalang.
Saat yang dinanti-nanti pun tiba. Pada hari ketiga, pertandingan Sabung ayam itu pun segera dilaksanakan. Semua penduduk berkumpul di gelanggang Sibuai Tinggi untuk menyaksikan pertarungan itu. Sesaat sebelum pertandingan dimulai, suasana gelanggang menjadi hening. Datuk Dubalang melepas ayam jagonya, sedangkan tiga bersaudara melepas ayam betinanya. Beradulah kedua ayam tersebut dengan seru. Baru beberapa saat pertandingan berlangsung, tiba-tiba ayam betina Tiga Bersaudara terkena kelepau (serangan) hingga sayapnya patah. Datuk Dobalang sangat gembira hingga bersorak, bahkan memekik dan menghentak tanah. Tanpa ia sadari, semua aturan yang dibuatnya, dilanggarnya sendiri.
Berkali-kali Tiga Bersaudara mengingatkan Datuk Dobalang bahwa dia telah melanggar peraturan, dan siapa pun yang melanggar peraturan harus dianggap kalah. Namun, Datuk Dobalang tidak peduli. Kesabaran itu ada batasnya. Tiga bersaudara tidak tahan lagi melihat tingkah si Datuk angkuh itu, sehingga kesabaran mereka pun habis. Sambil bersiap mengantisipasi serangan Dato Dobalang, mereka melantunkan sebuah gurindam:
“Penat mau bergalah coba-coba mengala
Penat hendak mengalah dicoba membalas”

Ternyata benar. Baru saja gurindam itu lepas dari mulut Tiga Bersaudara, tiba-tiba Datu Dobalang menyerang mereka dengan kerisnya. Tiga Bersaudara sudah siap, sehingga dengan mudah mereka mengelak dan balas menyerang Datuk Dobalang. Serang-menyerang berlangsung dengan seru. Pekikan dan bentakan bersahut-sahutan. Berkali-kali Datuk Dobalang mengayunkan kerisnya ke arah Tiga Bersaudara, berkali-kali pula Datuk Dobalang memekik geram karena serangannya dapat dielakkan oleh Tiga Bersaudara.
Suasana di gelanggan semakin gaduh. Penduduk yang ada digelanggan itu hanya terperangah menyaksikan sengitnya perkelahian antara Datuk Dobalang dengan Tiga Bersaudara. Mereka menyaksikan sendiri Tiga Bersaudara berkali-kali berkelit mengelakkan tikaman Datuk Dobalang. Melihat serangannya selalu dipatahkan oleh Tiga Bersaudara, dengan menggeram macam singa lapar, Datuk Dobalang menyerang Tiga Bersaudara. Karena ia dalam keadaan emosi, ia tidak dapat mengendalikan serangannya dengan baik, sehingga tampak serangannya membabi buta. Tentu saja kelengahan itu tidak disia-siakan oleh Tiga Bersaudara. Dengan secepat kilat, Ketiga Bersaudara tersebut mengeluarkan senjata masing-masing yang mereka minta dari Raja Indragiri. Akhirnya, pusaka-pusaka sakti tersebut membuat Datu Dobalang tewas jatuh tersungkur ke tanah.
Penduduk yang hadir di gelanggang itu segera mengerumuni mayat yang tergeletak itu. Mereka ingin memastikan apakah Datuk Dobalang benar-benar sudah mati. Dari kerumanan itu, sesekali terdengar decak kagum atau geleng kepala takjub akan keberhasilan Tiga Bersaudara mengalahkan orang yang paling ditakuti di Negeri Sibuai Tinggi. Penduduk Sibuai Tinggi bergembira ria, sebab mereka sudah bisa mencari nafkah sehari-hari tanpa dihantui rasa takut.
Selanjutnya, Tiga Bersaudara memasukkan jasad Datuk Dobalang ke dalam peti dan segera membawanya ke hadapan Raja Indragiri. Sang Raja sangat gembira melihat keberhasilan Tiga Bersaudara mengalahkan Datuk Dobalang. Atas jasa-jasanya itu, sang Raja meminta kepada Tiga Bersaudara menyebutkan hadiah yang mereka inginkan. “Wahai pahlawanku, hadiah apa yang kalian inginkan?” seru sang Raja menawarkan. Tiga bersaudara tidak mengharapkan uang, emas, ataupun harta benda yang lain. “Kami hanya meminta sesuatu yang tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk karena hujan seumur hidup,” kata Tiala mewakili saudara-saudaranya.
Sang Raja tidak mengerti apa maksud perkataan Tiala itu. Sang Raja pun mengumpulkan para menteri dan orang-orang tua yang bijak untuk mengadakan rapat tentang permintaan Tiga Bersaudara tersebut. Selama delapan hari mereka berpikir keras untuk mencari tahu apa yang dimaksud oleh Tiga Bersaudara tersebut. Atas petunjuk Tuhan, akhirnya mereka menyimpulkan bahwa yang diinginkan Tiga Bersaudara adalah pangkat.
Ketiga Bersaudara tersebut kemudian diangkat menjadi Penghulu Tiga Lorong. Tiala diangkat menjadi Lelo Diraja, Penghulu Baturijal Hilir lawan Sungai Indragiri dengan bendera berwarna putih. Sabila Jati diangkat menjadi Dana Lelo Penghulu Pematang lawan Batanghari, dengan bendera berwarna hitam. Adapun Jo Mahkota diangkat menjadi Penghulu Baturijal Hulu dengan anugerah dua bendera, yaitu bendera merah dari Raja Indragiri dan bendera hitam dari Raja Kuantan.
Atas anugerah pangkat yang mereka terima, Penghulu Tiga Lorong bersumpah, Tiada boleh akal buruk Budi merangkak Menggunting dalam lipatan Memakan darah di dalam Makan sumpah 1000 siang 1000 malam. Ke atas dak bapucuk, Ke bawah dak baurat, Dikutuk kitab Al Qur‘an 30 juz.
Tiga Bersaudara selanjutnya menerima hadiah tanah Tiga Lorong yang tanahnya subur, udaranya sejuk, airnya jernih, rumputnya segar, serta ikannya jinak. Mereka membangun wilayah Tiga Lorong sehingga hasil pertaniannya berlimpah, jalan-jalan dan bangunannya tertata rapi, perniagaannya maju, serta keseniannya berkembang pesat. Rakyat yang terdiri dari berbagai suku hidup rukun, saling menghargai, serta menjalankan syariat agama dengan taat.
Sejak peristiwa di atas, ketiga orang bersaudara tersebut berusaha memajukan rakyat Tiga Lorong (sekarang dikenal Kecamatan Peranap). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Isjoni Ishak dan Mira Dewi Minrasih, ada beberapa usaha yang telah mereka lakukan dalam memajukan masyarakat Baturijal khususnya, dan Tiga Lorong umumnya, antara lain:

1.      Menyatukan rakyat yang bermacam-macam suku bangsa melalui pendekatan sosial
2.      Meningkatkan perekonomian rakyat melalui bidang pertanian, perkebunan dan perikanan.
3.      Menanamkan sifat solidaritas kepada masyarakat Tiga Lorong. Dalam hal ini, mereka tidak mau ikut campur dalam pelaksanaan adat-istiadat masyarakat yang berlainan tersebut.
4.      Menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam yang berpedoman kepada Alquran bagi masyarakat Tiga Lorong. 
Usaha-usaha yang telah mereka lakukan tersebut memberikan dampak positif bagi masyarakat desa Tiga Lorong. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ekonomi masyarakat. Selain itu, masyarakat Tiga Lorong sangat taat terhadap ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah.
Cerita Penghulu Tiga Lorong ini kiranya dapat dijadikan sebagai suri tauladan untuk menciptakan negara yang damai, sejahtera dan makmur. Penguasa yang zalim terhadap rakyat harus dilenyapkan dari muka bumi. (SM/sas/13/7-07)

DRAMA KERAJAAN SIAK NEW

DRAMA KERAJAAN SIAK

DRAMA
MELAYU RIAU
“KERAJAAN SIAK”






DISUSUN OLEH
KELOMPOK III

    Sapril Aji Usman        : Tun Habib
ü
    Ramadhana K.N        : Raja Kecil
ü
    Annisa Mardhotilla    : Ratu Pagaruyung
ü
    Yunisa Dwi Ningrum    : Ratu Palembang
ü
    Erdaini Hafitri            : Tengku Tengah
ü
    Dwiki Permata Desya    : Tengku Pamarih
ü




KELAS XI IPA I
SMA NEGERI 1 PERANAP
T.A 2011/2012

KERAJAAN SIAK
BABAK I

Siak sri Indrapura adalah sebuah kota bekas pusat kerajaan yang terletak ditepi sungai siak. Kerajaan siak berdiri tahun 1823. Adapun sejarah berdirinya kerajaan siak adalah berawal dari timbulnya keretakan dalam kerajaan Johor Malaka. Keretaan berakhir dengan terbunuhnya Sultan Mahmud Syah oleh Datuk bendahara Tun Habib. Dalam pemberontakan hanya yang selamat Encik apung Istri Mahmud Syah yang sedang hamil tua. Encik Apung selamat bersama ayahnya. Setelah Encik Apung melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Raja Kecil.
“ Lima Belas tahun kemudian setelah terjadi pemberontakan besar-besaran di  Kerajaan Johor Malaka.” .

Tun Habib                  : Akhirnya ini adalah kali kelima belas penobatan ku sebagai sultan  kerajaan johor                                          malaka.
Tengku Tengah           : Selamat Ayah handa, engkau memang pantas menjadi raja Se Johor   
  Malaka
Tengku Pamarih          : Akhiri semua ini ayah
Tun Habib                   : ( Berbalik menghadap Pamarih) Apa maksudmu pamarih?????
Tengku tengah            : ( Mengejek ) Maksudku ayahanda kita tidak boleh bersenang”  diatas  
  penderitaan orang lain. Pasti itu yang akan dikatakan pamarih ayah.
Tengku pamarih          : Tapi itu benar kan???? Kerajaan ini diambil paksa oleh ayah, ayahanda
   tak berhak memilikinya, ayahanda telah membunuh Syltan Mahmud
   Syah.
Tun habib                    : ( Geram dan Marah ) Lancang dirimu pamarih!!!!! Kau ini
  anakku, seharusnya kau mendukung ayahmu ini. ( Pergi   
  meninggalkan Tengku Pamarih )
Tengku tengah            : Jika kau tak ingin hidup sebagai putri raja, kau boleh angkat kaki dari  
   kerajaan Johor Malaka. ( Pergi meninggalkan Tengku pamarih).

“ sedangkan di istana pagaruyung, telah dibesarkan oleh ratu pagaruyung pewaris tunggal kerajaan johor malaka yg di titipkan oleh datuk laksamana untuk menghilangkan rasa cemas dari  tun habib yg ingin membunuh raja kecil.
Raja Kecil                   : ”(duduk bersimpuh lalu menyembah)”.ampun tuanku.....!!!!!!
                                       apakah tuanku memanggil hamba????
Ratu pagaruyuang       : ada apa gerangan engkau Raja kecil, engkau bermenung seorang diri,
  dibilik kamarmu?????
Raja kecil                    : Maafkan hamba tuanku!!! Hamba bermenung karna hamba
   ingin mengamalkan ilmu dan budi pekerti luhur yang tuanku berikan,
   untuk membantu orang lain diluar sana.
Ratu Pagaruyuang       : jika itu yang kau inginkan, pergilah kau untuk membantu orang
  yang lemah. Tapi kau harus ingat janganlah sombong.
Raja kecil                    : Terimakasih tuanku!!! Jika hamba telah usai mengerjakan tugas
  ini, hamba akan segera kembali.
Ratu Pagaruyuang       : Pintu kerajaan Pagaruyuang terbuka lebar untuk mu.
Raja kecil                    : Daulat Tuanku!!!! Hamba akan ingat semua pesan tuanku. (
  Duduk bersimpuh lalu menyembah ) hamba pamit tuanku.!! ( pergi
  keluar meninggalkan Ratu Pagaruyuang ).


BABAK KE II

“ Setelah meminta izin kepada Ratu Pagaruyuang, Raja Kecil memutuskan untuk berkelana ke Kerajaan Palembang melalui sungai Batang hari”. Ratu Palembang sangat senang dan menyayangi raja kecil, dan Ratu Palembang, mengangkat Raja kecil sebagai Penjawat Tepak.

Ratu Palembang          : Raja kecil Kemarilah!!!
Raja kecil                    : Daulat Tuanku
Ratu Palembang          : Sekarang ini kau sah sebagai Penjawat tepak Kerajaanku!!!
Raja kecil                    : Terimakasih Tuanku
Ratu Palembang          : Bekerjalah dengan baik, dan jaga kepercayaanku ini
Raja kecil                    : Daulat tuanku!!! Apa yang bisa hamba lakukan untuk tuanku???
Ratu pelembang          : Temani aku ke Johor Malaka, untuk meminang salah satu anak Tun
  Habib. Sebagai istri anak sulungku.
Raja kecil                    : Baik tuanku, hamba siap menemani tuanku!!!

“ Pergilah Ratu palembang bersama raja kecil. Untuk meminang Putri Tun Habib yang telah membunuh ayah Raja kecil. Setelah sampai di Johor tak seorangpun yang mengetahui bahwa tukang tepak adalah pewaris kerajaaan Johor Malaka. Rupanya Pinangan Ratu Palembang Ditolak oleh Tun Habib.

Tun habib                    : ( Berdiri dan bertepuk tangan )” selamat datang Rtau palembang, selamat
  datang dikerajaan ku. Mari silahkan duduk.
Ratu palembang          : terimakasih Tun habib
Tun habib                    : Jika aku boleh tau apa maksud kedatanganmu kemari???
Ratu Palembang          : Langsung saja, ku ingin meminang salah satu anak perja pempuanmu.
Raja kecil                    : Ini jawatan Tepak ratu Palembang, Datuk bendahara...!!
Tun habib                    : ( Tertawa dan meremehkan ) ha..ha..ha... kalian sudah dengarkan anakku
              bagaimana????
Tengku tengah                        : Dari jawatan tepaknya saja, sudah terlihat jika kerajaannya pasti
                                      miskin dan tidak memiliki harta yang banyak.
Tun habib                    : Jawaban yang bagus Tengku tengah.... bagaimana dengan kau      
  Pamarih???
Tengku Pamarih          : Aku terserah ayah saja..!!
Ratu Palembang          : Lalu Mahar apa yang harus aku berikan???
Tun habib                    : Kerajaanmu Ratu Palembang??? Bagaimana???
Ratu Palembang          : Apa maksudmu Tun habib???
Tun habib                    : Maksudku adalah angkat kakimu dari sini ( Berdiri dan
  membuang Jawatan Tepak ) dan bawa ini jawatan tepak lusuh
  kerajaamu...
Raja kecil                    : ( Ingin mengambail jawatan tapak )
Ratu palembang          : Sudah Raja Kecil, baiklah tun habib, ingat kejadian hari ini aku akan
  datang untuk membalas perbuatanmu ..

“ dengan cara yang tidak terhormat, Ratu Palembang dan Rahja Kecil kembali ke Palembang, sementara itu terjadi perdebatan di singgah sari kerajaan Johor.”


BABAK III

“ Dua tahun lamanya raja kecil meniggalkan Pagaruyuang. Dan ia memohon pamit kepada Ratu Palembang untuk pulang ke Paguruyuang.”

Raja kecil                    : Ampun tuanku!!! Ada hal yang ingin hamba katakan!!
Ratu Palembang          : katakan saja Raja kecil!!!
Raja kecil                    : Hamba ingin pulan ke Pagaruyuang karena hamba rasa tugas hamba
                                       telah selesai.
Ratu pelembang          : baiklah, aku yang akan mengantar mu pulang ke Pagaruyuang.
Raja kecil                    : Tidak usah Tuanku Hamba bisa pulang sendiri
Ratu Palembang          : Aku ingin tau bagaimana tuanmu Ratu Pagaruyang
Raja kecil                    : Daulat Tuanku

“ Kembalilah Raja keci pulang ke Pagaruyuang, ditemani Ratu Palembang”
Raja kecil                    : Mari tuanku!!
Ratu pagaaruyuang    : Raja kecil kau sudah kembali, mari silahkan duduk ratu palembang
Ratu palembang          : sungguh aku senang bisa mampir dikerajaan Pagaruyuang
Ratu pagaruyuang       : sungguh aku pun demikian
Raja kecil                    : Baiklah Tuanku, sepertinya tuanku ingin melepas lelah. Biar hamba
                                       keluar
Ratu pagaruyuang       : baiklah terima kasih. Pergilah engkau beristirahat

“ biarpun Raja kecil telah pergi hingga ke palembang tapi dia belum mempunyai jawaban siapakah dirinya ini sebenanya.dengan rasa gundah dihatinya ia tanyakan kepada Ratu Pagaruyuang.”

Raja kecil                    : Ampun tuanku, ada hal yang ingin hamba tanyakan
Ratu pagaruyuang    : Pertanyaan apa???? Apakah pertanyaan siapa kau dan dimana kau
                                        berasal
Raja kecil                    : benar tuanku
Ratu pagaruyuang       : mungkin inilah saatnya, kau sebenarnya anak sultan Mahmud Syah, 
  Sultan Kerajaan Johor. Tun habib telah membunuh ayahmu,  lalu kakekm 
  Datuk Laksamana mengantarkan kau kepadaku untuk  terhindar dari tun  
  habib.
Raja kecil                    : ( Berdiri dan Emosi ) Jadi Tun Habib lah yang telah membunuh
                                      ayahku???
Ratu palembang          : Dia telah menolak pinanganku kala itu
Ratu pagaruyuang       : Siapkan Pasukan, kita akan mengambil johor kembali ketanganmu
                                       raja kecil.
Raja kecil                    : Daulat Tuanku. ( Pergi )     


BABAK KE IV

“ Dengan persiapan yang cukup, lengkap pada bulan Maret 1717 Raja kecil berangkat melalui sungan Jintan(Siak) menuju bengkalis dan sampai ke malaka.` untuk merebut Johor dari Tun Habib. Setelah sampai di Johor Raja Kecil Yang didampingi Ratu Pagaruyuang dan Ratu Palembang berhasil mengalahkan Tun Habib. Karena kebijaksanaan Raja kecil dan keluarga Tun Habib di maafkan.

Raja kecil                    : Pasukanmu sudah aku kalahkan, sebaiknya kau menyerah Tun habib.
Tun Habib                   : ( Berlutut ) Ampuni aku raja kecil, ampuni kesalahaku.
Raja kecil                    : ( Ingin menusukkan pedang ke Tun Habib ) Laknat kau Tun Habib,
                                      kau pantas mati
Ratu pagaruyuang       : Sabar anaku, semua orang pantas dimaafkan, ingat Budi Pekerti yag
                                       telah aku ajarkan.
Tengku pamarih          : Ampuni ayahku Raja kecil, maaf kan dia
Tengku tengah            : Maafkan perlakuan kami yang telah seenaknya menolak pinanganmu
                                       kala itu
Raja kecil                    : Baiklah kalian aku maafkan, tapi kau harus menikah denganku
                                      tengku tengah
Tengku tengah            : Baiklah jika itu yang kau inginkan

“ Awalnya raja kecil memang ingin menikahi Tengku tengah. Tapi setelah ia tinggal dikerajaannya ia lebih menyukai tengku pamarih. Dan akhirnya Raja kecil memutuskan untuk menikah dengan tengku pamarih.”

Tengku tengah            : ( Tiba” masuk dan mendobrak pintu ) Apa maksudmu Raja kecil???
                                       Kau malah menikahi adikku.
Raja kecil                    : Tapi aku lebih menyukai adikmu restuilah pernikahan kami.
Tengku pamarih          : Maafkan aku kak, tapi ini semua atas persetujuan ayah dan raja kecil
Tengku tengah                        : beraninya kalian melangkahkan ku, aku akan melakukan pembrontakan
                          terhadap pemerintahanmu. ( dengan amat marah Tengku tengah
                           meninggalkan mereka )
Tengku pamarih          : Sebaiknya kita pindahkan saja kerajaan ini ke Bintan, untuk menghindari   
                                     Perang saudara, karna ini tidak baik Raja kecil.
Raja kecil                    : Kau benar Pamarih, aku akan memindahkan kerajaan ku agar
                                      kakakmu dapat merestui pernikahan kita.

Raja kecil bersama keluarga dan pasukannya meninggalkan Johor lalu Raja kecil membangun kerajaan baru di Buton tepatnya ditepi sungai Jintan/ Sungai siak sekarang. Lalu kerajaan baru itu diberi nama Siak Sri Indrapura.

Raja kecil                    : Bagaimana keadaan Peerintahanku ibunda Ratu???
Ratu palembang          : Pemerintahanmu baik dan Bijaksana
Ratu Pagaruyuang       : Benar Sebaiknya kau tetap berpegang teguh pada budi pekerti luhur
                                      yang aku ajarkan
Raja kecil                    : Daulat Ibunda, aku akan selalu mengingatnya.( Berdiri lalu berkata )
                                 hari ini aku sahkan kerajaan baru ini ku beri nama “ Siak Sri
                                       Indrapura”


“ Kerajaan Siak menjadi kerajaan yng besar baik dalam wilayah maupun dalam melawan penjajah menuju Indonesia Merdeka. “